Selasa, 22 Mei 2012

Iman bukan keyakinan saja

Iman Bukan Keyakinan saja
Iman itu bukan hanya keyakinan hati saja, sebab jika demikian tentu Abu Tholib itu orang beriman, karena hatinya membenarkan Rasulullah. Atau Iblis pun sesungguhnya juga percaya kepada Allah tetapi disebut kafir karena lahiriyahnya membangkang perintah Allah. Begitu juga pada jaman nabi Musa, ada yang pecaya dengan hatinya, tetapi lahiriyahnya menolak untuk tunduk/ taat kepada kebenaran yang dibawa nabi Musa as. Firman Allah Azza wa Jalla Qs. An-Naml; 27: 14
(#rßysy_ur $pkÍ5 !$yg÷FoYs)øoKó$#ur öNåkߦàÿRr& $VJù=àß #vqè=ãæur 4 öÝàR$$sù y#øx. tb%x. èpt7É)»tã tûïÏÅ¡øÿßJø9$#
14. dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.
Seseorang tidak beriman jika lahiriyahnya tidak tunduk kepada kebenaran dan hatinya rela (menerima dengan ikhlas) kebenaran yang Allah turunkan.
Firman Allah Azza wa Jalla Qs. An-Nisa'; 4: 65
Ÿxsù y7În/uur Ÿw šcqãYÏB÷sム4Ó®Lym x8qßJÅj3ysム$yJŠÏù tyfx© óOßgoY÷t/ §NèO Ÿw (#rßÅgs þÎû öNÎhÅ¡àÿRr& %[`tym $£JÏiB |MøŠŸÒs% (#qßJÏk=|¡çur $VJŠÎ=ó¡n@ ÇÏÎÈ  
65. Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

“Mereka menjadikan kamu hakim” maksudnya mengikuti/ tunduk patuh dengan hukum yang ditetapkan nabi (Qur’an dan sunnah nabi) dan “mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan” maksud nya hati mereka rela dengan ketetapan Qur’an dan sunah rasul karena percaya bahwa apapun yang disampaikan nabi adalah kebenaran dari Allah.
Jika kepatuhan/ ketundukan seseorang terhadap ketetapan yang dibawa nabi secara lahiriyahnya saja (yaitu membenarkan dengan lisan dan meng-amalkan dengan anggota badan) tetapi hatinya tidak membenarkannya, maka orang seperti ini disebut muslim yang munafik, bukan muslim yang mukmin. Contohnya di zaman rasulullah ada yang demikian, yaitu Abdullah bin Ubay. Dia mau mengucapkan syahadatain dan mengakui benarnya islam dengan lisannya dan juga mau mengamalkan ajaran islam seperti sholat, zakat dan jihad dll, tetapi hatinya mengingkarinya. Firman Allah Qs. Al-Munafiqun; 63: 1-2
#sŒÎ) x8uä!%y` tbqà)Ïÿ»uZßJø9$# (#qä9$s% ßpkôtR y7¨RÎ) ãAqßts9 «!$# 3 ª!$#ur ãNn=÷ètƒ y7¨RÎ) ¼ã&è!qßts9 ª!$#ur ßpkôtƒ ¨bÎ) tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# šcqç/É»s3s9 ÇÊÈ   (#ÿräsƒªB$# öNåks]»yJ÷ƒr& Zp¨Zã_ (#r|Ásù `tã È@Î6y «!$# 4 öNåk¨XÎ) uä!$y $tB (#qçR%x. tbqè=yJ÷ètƒ ÇËÈ  
1. apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.
2. mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.
Abdullah bin Ubay juga sholat dan zakat. Firman Allah Azza wa Jalla Qs. An-Nisa'; 4: 142;  Qs. At-Taubah; 9: 54
¨bÎ) tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# tbqããÏ»sƒä ©!$# uqèdur öNßgããÏ»yz #sŒÎ)ur (#þqãB$s% n<Î) Ío4qn=¢Á9$# (#qãB$s% 4n<$|¡ä. tbrâä!#tãƒ }¨$¨Z9$# Ÿwur šcrãä.õtƒ ©!$# žwÎ) WxŠÎ=s% ÇÊÍËÈ  
142. Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali[366].
[364] Maksudnya: Alah membiarkan mereka dalam pengakuan beriman, sebab itu mereka dilayani sebagai melayani para mukmin. dalam pada itu Allah telah menyediakan neraka buat mereka sebagai pembalasan tipuan mereka itu. (Qs. An-Nisa'; 4: 145; Qs. At-Taubah; 9J)
[365] Riya Ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari pujian atau popularitas di masyarakat.
[366] Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, Yaitu bila mereka berada di hadapan orang.
         dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan. (Qs. At-Taubah; 9: 54)
Karena secara lahiriyah orang munafik adalah orang islam (dianggap sebagai orang beriman) tetapi hatinya menolaknya dan secara diam-diam dia ikut membantu orang kafir untuk memusuhi agama islam. Mereka menjadikan orang kafir sebagai wala’ (pemimpin atau teman akrabnya). Allah meng-ancam orang munafik itu di neraka jahannam yang kekal bersama orang kafir. Firman Allah Azza wa Jalla Qs. At-Taubah; 9: 68. mereka mendapat adzab yang paling berat. Firman Allah Azza wa Jalla Qs. An-Nisa'; 4: 145.
Qs. At-Taubah; 9: 68.
         Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela'nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.
Qs. An-Nisa'; 4: 145.
            Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.
Allah mengingatkan orang munafik dengan adzab yang berat, karena mereka membatu orang kafir untuk memusuhi tegaknya islam dan lebih dekat dan percaya dengan orang kafir. Firman Allah Azza wa Jalla Qs. An-Nisa'; 4: 138-140
138. Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,
139. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong (keper-cayaannya) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka Sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.
140. dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. karena Sesungguh-nya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam
Maka orang beriman diperintahkan agar jangan mengambil teman dekat/ kepercayaan/ pemimpin orang kafir (kecuali terpaksa/ dipaksa) seperti dulu Amr bin Yasir pura-pura mengakui kekafiran dengan terpaksa melakukannya karena bapak ibunya dibunuh oleh orang kafir Quraisy. Dia termasuk suku yang lemah sehingga tidak ada pembelaan dari sukunya. Perhatikan Firman Allah Azza wa Jalla Qs. Ali Imron; 3: 28 dan Qs. An-Nahl; 16: 106
Qs. Ali Imron; 3: 28.
         janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali[192] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya kepada Allah kembali (mu).
[192] Wali jamaknya auliyaa: berarti teman yang akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong.
Barang siapa yang menjadikan orang kafir menjadi wali (pemimpin) maka dia termasuk sama dengan orang kafir (menjadi munafik). Firman Allah Azza wa Jalla Qs. Al-Maidah; 5: 51
* $pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#räÏ­Gs? yŠqåkuŽø9$# #t»|Á¨Z9$#ur uä!$uÏ9÷rr& ¢ öNåkÝÕ÷èt/ âä!$uŠÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4 `tBur Nçl°;uqtGtƒ öNä3ZÏiB ¼çm¯RÎ*sù öNåk÷]ÏB 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw Ïôgtƒ tPöqs)ø9$# tûüÏJÎ=»©à9$# ÇÎÊÈ    
51. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Iman ialah membenarkan kebenaran (kalimat tauhid) dengan hatinya (=meyakini kebenarannya) dan membenarkan dengan lisannya (mengakui kebenaran islam dengan lisannya, termasuk mengucapkan syahadatain) dan membenarkan dengan anggota badan (yaitu melaksanakan kebenaran dengan badannya).
الإِيْمَانُ تَصْدِيْقُ بِالْقَلْبِ وَإِقْرَارٌ بِاللِسَانِ وَعَمَلُ بِالأَرْكَانِ
Iman itu membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan.
Ketiga unsur itu saling menguatkan. Hilang salah satunya maka akan merusak iman (mengurangi iman) bahkan dalam hal tertentu akan meng-hilangkan iman.

By  KIAI ( Kajian Intensif  Ilmu Agama )